(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

Mahasiswa Sejarah Undana Sukses Gelar Kuliah Lapangan di Rote Ndao, Diwarnai Pentasan Seni Multietnis

ROTE NDAO — Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Nusa Cendana (Undana) sukses menggelar kuliah lapangan yang berlangsung sejak Kamis, 7 November hingga Sabtu, 10 November 2024 di Kabupaten Rote Ndao. Kegiatan bertema “Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendekatan Nilai Sejarah Budaya untuk Membangun Karakter dan Kesadaran Sejarah pada Mahasiswa Pendidikan Sejarah di Era 5.0” ini resmi ditutup pada Sabtu malam, 9 November, dengan pementasan seni budaya dari berbagai etnis di NTT.

Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Sekolah SMKN 1 Lobalain, Kristian Ishak, S.Pd., beserta jajaran guru dan tokoh masyarakat. Dari pihak Undana, hadir Koordinator Prodi Pendidikan Sejarah, Fransina A. Ndoen, S.Pd., M.Pd., Ketua Panitia Delsy A. Dethan, S.Pd., M.Pd., serta dosen lainnya seperti Dr. Djakariah, M.Pd., Susilo Setyo Utomo, S.Pd., M.Pd.,Silvanus Jefrino Mali, S. Pd, M. Pd., Nino Mailani, S.Pd., M.Pd., dan Esry Defriana Tosi, S.Pd., M.Pd.

Pada malam penutupan, mahasiswa sejarah dari berbagai daerah di NTT menyajikan pertunjukan seni multietnis yang memukau para penonton. Beragam kesenian dari etnis Dawan TTU, Sumba, Alor, Manggarai, Lamaholot, Dawan TTS, Belu-Malaka, Bajawa-Ende-Maumere-Nagekeo, Kupang, Rote, dan Sabu ditampilkan di halaman SMKN 1 Lobalain, Kabupaten Rote Ndao. Kegiatan ini menghadirkan nuansa keanekaragaman budaya NTT, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat setempat.

Kepala Sekolah SMKN 1 Lobalain, Kristian Ishak, S.Pd., yang juga merupakan alumni Pendidikan Sejarah Undana, turut hadir bersama jajaran guru dan tokoh masyarakat setempat. Dalam sambutannya, Kristian mengungkapkan rasa bangganya kepada mahasiswa dan prodi sejarah yang memilih Rote Ndao sebagai lokasi kuliah lapangan. Ia menyoroti pentingnya kegiatan ini dalam mengenalkan situs-situs sejarah di wilayah paling selatan Indonesia kepada para mahasiswa.

“Dengan kegiatan seperti ini, para mahasiswa memiliki kesempatan untuk tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga mengeksplorasi langsung situs-situs sejarah di lapangan. Ini merupakan implementasi nyata dari konsep Merdeka Belajar dan kemajuan IPTEK di era saat ini,” ujar Kristian.

Sebagai alumni, Kristian memberikan sejumlah buku mengenai sejarah di Rote Ndao kepada pihak program studi. Buku-buku tersebut diterima langsung oleh Koordinator Prodi Pendidikan Sejarah.

Kristian juga menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran beberapa alumni Pendidikan Sejarah dari Rote Ndao yang tidak dapat ikut hadir dalam kegiatan tersebut. Ia juga mengakui keterbatasan fasilitas di sekolah, namun tetap berharap kegiatan serupa akan terus berlangsung untuk memperkaya wawasan sejarah mahasiswa.

Koordinator Program Studi Pendidikan Sejarah, Fransina A. Ndoen, S.Pd., M.Pd., menyatakan bahwa pengalaman belajar di lapangan ini menjadi bekal berharga bagi mahasiswa. Ia mengucapkan terima kasih kepada pihak SMKN 1 Lobalain, khususnya kepada Kepala Sekolah dan seluruh staf yang telah memfasilitasi kegiatan selama tiga hari tersebut.

“Kami sangat berterima kasih atas bantuan dan dukungan dari pihak sekolah serta masyarakat Rote. Tanpa bantuan mereka, kegiatan ini tidak akan berjalan lancar. Partisipasi ibu pendeta dan masyarakat setempat juga memberi nilai tambah bagi mahasiswa kami,” tuturnya.

Ketua panitia kuliah lapangan, Delsy A. Dethan, S.Pd., M.Pd., turut mengapresiasi dukungan dari berbagai pihak. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran langsung yang sangat dibutuhkan dalam membangun karakter dan kesadaran sejarah mahasiswa. “Kami sangat bersyukur kegiatan ini berjalan dengan baik, berkat dukungan dari semua pihak,” katanya.

Kuliah lapangan ini bukan hanya memberikan pengalaman belajar lapangan bagi mahasiswa, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat karakter dan kesadaran sejarah di era 5.0. Melalui pendekatan nilai-nilai budaya lokal, mahasiswa didorong untuk memahami keberagaman budaya dan mengapresiasi sejarah sebagai bagian penting dari identitas bangsa.

Acara ini menjadi wujud nyata dari pendidikan multikultural yang menjembatani ilmu sejarah dengan budaya lokal, serta memperkaya pemahaman mahasiswa mengenai kekayaan sejarah dan budaya NTT. Selain itu, kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga dan melestarikan sejarah serta budaya daerahnya.

Dengan berakhirnya kegiatan ini, mahasiswa Sejarah berharap agar pengalaman belajar di Rote Ndao akan terus terukir dalam ingatan mereka, sekaligus menjadi motivasi untuk lebih mendalami sejarah dan budaya NTT sebagai bekal untuk masa depan.***

Laporan: Alberto/L

Comments are closed.
Archives