KUPANG – Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Mahasiswa Nasional ke-XVIII yang digelar di Universitas Nusa Cendana, Kupang, tidak hanya menjadi ajang unjuk kemampuan vokal, tetapi juga memperlihatkan keberagaman dan keunikan para pesertanya.
Salah satu hal yang menarik perhatian adalah keikutsertaan mahasiswa non-Kristiani dalam kompetisi ini. Perwakilan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Surabaya mengungkapkan, “Alasan kami ikut karena ini merupakan penugasan dari kampus. Kami ditunjuk untuk membawa nama kampus. Jadi, kami tidak ada masalah dengan gerejawinya itu. Karena, dari kampus kami sendiri Ubaya memiliki tagline Salam Multikultur, jadi tidak ada bedanya bagi kami.”

Keunikan lainnya terlihat dari kebiasaan persiapan sebelum tampil. Perwakilan PSM Universitas Kristen Maranatha membagikan pengalaman timnya, “Sebelum kami tampil, biasanya kami pemanasan. Waktu pemanasan itu kami melakukan ‘putar lidah’ namanya.” Ia menjelaskan bahwa tujuan latihan ini adalah agar lidah tidak kaku dan bagian belakang tenggorokan lebih stretch.

Tidak hanya itu, ternyata banyak peserta Pesparawi yang memiliki bakat lain selain bernyanyi. Contohnya, perwakilan dari PSM Universitas Tanjungpura yang juga mahir dalam beatbox dan tarian modern.

Pesparawi Mahasiswa Nasional ke-XVIII ini diikuti oleh puluhan tim dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia. Acara yang berlangsung selama beberapa hari ini tidak hanya menjadi wadah kompetisi, tetapi juga ajang pertukaran budaya dan pengalaman antar mahasiswa.
Melalui event ini, para peserta tidak hanya menunjukkan kemampuan bernyanyi mereka, tetapi juga memperlihatkan semangat keberagaman dan toleransi. Keunikan-keunikan yang terungkap di balik layar kompetisi ini menambah warna tersendiri bagi Pesparawi Mahasiswa Nasional ke-XVIII.