(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

Terobosan Ilmiah Lintas Batas: Undana dan UNTL Gaungkan “Sains Tanpa Batas” di Pulau Timor

Dili, Timor-Leste – Universitas Nusa Cendana (Undana) dan Universidade Nacional Timor Lorosa’e (UNTL) menorehkan kisah kemitraan baru dengan sukses menggelar seminar internasional perdana bertajuk “Timor: Science without Borders” pada 7-8 Mei 2025 di Hera, Dili. Acara bergengsi ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat jalinan kerja sama ilmiah antara Indonesia dan Timor-Leste, menyatukan para peneliti, akademisi, hingga pejabat tinggi, termasuk Presiden Timor-Leste, José Ramos-Horta.

Seminar ini mengusung tema fundamental tentang pentingnya kesatuan wilayah dan pengembangan ilmu pengetahuan yang melampaui sekat administratif negara. Harapannya, kolaborasi ilmiah ini dapat membuka jalan bagi kerja sama yang lebih luas dan berdampak positif di masa depan, khususnya bagi kemajuan Pulau Timor.

Perwakilan Undana hadir dalam jumlah signifikan, dengan Prof. Dr. Ir. Jefri S. Bale, ST., M.Eng, yang tampil sebagai pembicara utama. Prof. Jefri mempresentasikan materi berjudul “Indonesia-Timor Leste: Cross-Borders Education Cooperation,” yang disusun bersama Rektor Undana, Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc. Selain itu, turut hadir delapan pembicara undangan dari Undana, di antaranya Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si., Ph.D, yang memaparkan tentang “Co Firing System for Power Plant in Timor Island”.

Prof. Dr. Ir. Jefri S. Bale, ST., M.Eng, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Sistem Informasi Undana, menjelaskan bahwa seminar internasional ini merupakan tindak lanjut dari komitmen kerja sama yang telah terjalin antara Undana dan UNTL. Persiapan matang untuk acara ini telah dimulai sejak tahun sebelumnya.

“Tema ‘Timor: Science without Borders’ secara jelas mengangkat kesamaan regional antara Indonesia dan Timor-Leste, khususnya antara Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor-Leste,” ujar Prof. Jefri. Ia menegaskan, “Memang kita dibatasi oleh batas-batas negara dan administrasi karena dua negara yang berbeda. Tapi pada prinsipnya, keilmuan atau sains seharusnya tidak dibatasi oleh batas-batas administrasi.”

Ketika ditemui di ruang kerjanya, Prof. Jefri membeberkan sejumlah poin penting di balik terselenggaranya seminar internasional ini.

Pilar Penguatan Ilmu Pengetahuan Lintas Batas
Poin pertama menyoroti urgensi persatuan dan penghapusan sekat-sekat ilmiah antara kedua negara di Pulau Timor. Menurut Prof. Jefri, Indonesia dan Timor-Leste, yang berbagi pulau yang sama, perlu memiliki visi kolektif terkait pengembangan ilmu pengetahuan. “Dengan seminar ini, kami berharap tidak ada lagi sekat-sekat ilmiah antara NTT dan Timor-Leste, antara Undana dan UNTL, bahkan antara Indonesia dan Timor-Leste secara umum,” jelas Prof. Jefri. Ia menambahkan, “Karena, sekali lagi, kita berbagi lokasi yang sama, tanah yang sama, biodiversitas yang sama, tantangan yang sama, serta masyarakat dengan budaya dan kehidupan sosial yang serupa.”

Poin kedua menekankan peran Undana sebagai solusi bagi permasalahan masyarakat. Melalui misi Tri Dharma Perguruan Tinggi, Undana diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat di kedua negara, terutama di Pulau Timor.

Selanjutnya, sebagai poin ketiga, Prof. Jefri mengungkapkan bahwa seminar ini juga berfungsi sebagai ajang promosi internasional bagi kedua universitas. “Diharapkan output dari seminar ini dapat menghasilkan publikasi yang terindeks Scopus,” ujarnya. Publikasi tersebut, lanjutnya, akan menjadi referensi penting mengenai perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia dan Timor-Leste, khususnya yang membahas keunggulan spesifik atau komparatif dan kompetitif terkait lahan kering di Pulau Timor.

Poin keempat menyoroti kelanjutan kerja sama. Seminar ini diharapkan dapat semakin mempererat hubungan antara Undana dan UNTL. “Undana adalah salah satu universitas yang terletak di daerah perbatasan, termasuk dengan teman-teman di Unimor. Ini menjadi cerminan Indonesia dalam memberikan kontribusi kepada negara-negara di perbatasan, khususnya Timor-Leste,” terang Prof. Jefri.

Terakhir, poin kelima menunjukkan bahwa seminar ini menjadi inisiasi awal untuk memperkuat kerja sama di bidang Tri Dharma. “Kami akan memperkuat potensi kerja sama di bidang pertukaran mahasiswa dan dosen, penelitian bersama (joint research), pengabdian masyarakat (joint community services), serta kolaborasi dosen dan mahasiswa lintas batas,” ungkap Prof. Jefri. Ia juga menyebutkan kemungkinan pembukaan program studi baru, terutama di Undana, seperti program S3, yang akan mengakomodasi mahasiswa dari Universitas Timor-Leste yang ingin melanjutkan studi di Indonesia.

Gagasan Universitas Pulau Timor: Menjembatani Pendidikan Lintas Negara
Sebagai gagasan pamungkas, Presiden Timor-Leste, José Ramos-Horta, secara langsung mengusulkan pendirian Timor Island University. Universitas ini envisioned sebagai institusi pendidikan yang dikelola bersama oleh kedua negara di daerah perbatasan, guna mewujudkan pendidikan lintas batas secara nyata. “Timor Island University dapat berfungsi sebagai entitas atau institusi, dan melalui aktivitas riset bersama, kehadiran mahasiswa dari dua negara, serta kolaborasi dosen dari kedua negara, ini akan menunjukkan pentingnya konsep cross-border education,” tambah Prof. Jefri.

Sebagai penutup, Prof. Jefri berharap seminar internasional ini dapat kembali dilaksanakan di Undana pada tahun 2026 mendatang, dengan Undana bertindak sebagai tuan rumah untuk seminar internasional kedua.

Seminar “Timor: Science without Borders” turut dihadiri pula oleh sejumlah narasumber ternama, di antaranya Prof. Willi Toisuta dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, dan John Mischler, Ph.D, dari Goshen College, Amerika Serikat. Turut hadir pula Wakil Rektor I Bidang Akademik Undana, Prof. Dr. drh. Annytha Ina Rohi Detha, M.Sc. (ref)

Comments are closed.
Archives