(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

Jajaki Kemitraan dengan Undana, UNICEF Indonesia Tawarkan Empat Program Rencana Aksi Dukung MBG

KUPANG – United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia menjalankan mandatnya dengan melakukan penjajakan kemitraan bersama Universitas Nusa Cendana (UNDANA) melalui kunjungan kerja pada Rabu, (12/02/2025) bertempat di ruang rapat Rektor, Rektorat Undana.

Kunjugan perwakilan UNICEF Indonesia, Mamdou Ndiaye selaku Kepala Bidang Gizi, Ha’i Raga Lawa, Petugas Gizi, Blandina Bait, Spesialis Gizi, dan Yudhistira Yewangoe, Kepala Kantor Lapangan Kupang, disambut baik oleh rektor serta jajaran pimpinan Undana lainnya.

Penjajakan kemitraan yang dilakukan UNICEF Indonesia ini bertujuan untuk menjawab tantangan iklim dan masalah gizi, yang mana diketahui, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi kedua di Indonesia, dengan angka sebesar 37% dari jumlah penduduk.

Melalui perwakilannya, UNICEF Indonesia menawarkan 4 (empat) program kerja yang diharapkan dapat didukung oleh Undana sebagai salah satu calon mitra kerja samanya dalam mendukung program kerja pemerintah, Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program pertama yang ditawarkan adalah pemenuhan nutrisi. Mamdou Ndiaye menjelaskan masih banyak anak yang tidak memiliki akses untuk menikmati makanan bergizi berkualitas tinggi, yang dapat berimplikasi pada kualitas pembelajaran anak didik di sekolah. “Ini bukan hanya sekedar makan untuk kenyang, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi,” ungkapnya.

Dampak lain dari kurangnya pemenuhan nutrisi ini adalah menurunnya kualitas pembelajaran sang pembelajar. “Di banyak provinsi di Indonesia terdapat sejumlah besar anak-anak murid yang pergi ke sekolah tetapi “tidak belajar”. Yang saya maksud dengan “tidak belajar” adalah kualitas pembelajar itu sendiri. Murid-murid harus mampu membaca dan menulis sejak usia dini,” papar Kepala Bidang Gizi, UNICEF Indonesia.

Program kedua ialah penelitian bersama yang diharapkan dapat disambut baik oleh para peneliti, termasuk dosen, guru besar, maupun mahasiswa Undana. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan produk-produk inovatif, seperti penggunaan bahan dan resep yang menghasilkan makanan bernutrisi dan dapat bertahan beberapa hari. Hal tersebut terjadi dikarenakan masih banyak sekolah-sekolah di NTT yang sulit dijangkau dalam proses distribusi makanan berkualitas tinggi.

Ketiga, perwakilan UNICEF Indonesia mengajak Undana untuk dapat bekerja sama dalam pengembangan inovasi berkaitan dengan MBG. Mamdou Ndiaye mengatakan MBG harus bisa menjangkau banyak daerah terpencil di NTT.

Keempat adalah manajemen pengetahuan. Menurut Kepala Bidang Gizi UNICEF Indonesia tersebut, MBG harus didokumentasikan dimulai dari proses perencanaan hingga pelaksanaannya. Hal ini dinilai dapat menjadi bahan evaluasi kinerja dan juga pembelajaran bagi sektor maupun negara lainnya yang dapat menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat keunggulan dalam penanganan masalah gizi buruk dan stunting.

Kunjungan ini dilakukan dalam rangka eksplorasi dan diskusi mengenai keunikan dan nilai tambah yang dimiliki Undana sehingga dapat menjadi salah satu mitra kerja sama UNICEF Indonesia. “Kami ingin melihat keunikan dan nilai tambah setiap universitas untuk menciptakan sesuatu yang baru yang tidak akan kami temukan di universitas lain,” ucap Mamdou Ndiaye menutup paparan materinya.

Untuk diketahui, UNICEF merupakan sebuah organisasi PBB yang bertujuan untuk melindungi hak dan memenuhi kebutuhan setiap anak, terutama yang paling kurang beruntung dan paling sulit dijangkau. UNICEF dibentuk pada tanggal 11 Desember 1946 untuk membantu anak-anak di wilayah Eropa, Tiongkok, dan Timur Tengah yang porak poranda akibat perang. Kala itu singkatan UNICEF adalah “United Nations International Children’s Emergency Fund” (Dana Darurat Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa).

UNICEF mulai berkiprah di Indonesia pada tahun 1948. Program pertama yang dijalankan adalah bantuan darutat untuk mencegah kelaparan di Pulau Lombok.

Pada 1953, mandatnya meluas, yakni untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di negara-negara berkembang sehingga pada saat itulah, kata-kata “international” dan “emergency” dihapuskan dari nama UNICEF dan organisasi ini resmi menjadi “United Nations Children’s Emergency Fund.”

Comments are closed.
Arsip