KUPANG – Kunjungan kerja yang dilakukan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamen Dikti Saintek), Prof. Stella Christie Ph.D ke Universitas Nusa Cendana (UNDANA) pada Selasa (14/1/2025) menjadi suatu kehormatan bagi seluruh civitas akademika. Dalam kunjungannya, Prof. Stella turut memboyong Direktur Bina Talenta yang disambut hangat oleh rektor serta para jajaran pimpinan di tingkat rektorat dan unit dan juga mahasiswa UNDANA.
Dalam pemaparannya mengenai profil, strategi, dan rencana pengembangan UNDANA ke depan, Rektor, Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc berharap pihak Kementerian Dikti Saintek dapat memberikan solusi terkait tantangan yang dihadapi UNDANA, antara lain kualitas SDM terkait dengan kurangnya jumlah profesor untuk dapat memenuhi standar nasional sebanyak 10% dari jumlah mahasiswa. “Jumlah guru besar kami sebanyak 46, kalau standar nasional 10% berarti masih kurang sekitar 50-60 guru besar baru,” tukasnya.
Selain itu, sarana prasarana pembelajaran juga masih menjadi kendala, terkhususnya untuk kegiatan penelitian. Masalah lain yang dialami UNDANA yakni kontribusi alumni untuk pengembangan institusi serta masalah pada PDDIKTI dengan adanya pin ijazah yang berlaku secara nasional (sistem satu pintu). Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah penghasilan universitas masih bertumpu pada satu faktor utama, yaitu UKT mahasiswa. Hal ini dinilai masih terlampau mahal oleh sebagian mahasiswa maupun calon mahasiswa walaupun sudah dipatok di angka 30% dari BKT. “Saya setiap hari mendapatkan rata-rata 10 surat permohonan penurunan UKT dari mahasiswa,” ungkapnya.
Tidak lupa, Rektor juga mengemukakan rencana pengembangan institusi, yakni bertransformasi menjadi PTN-BH sebagai reseach university pada tahun 2031-2035 dan pada akhirnya dapat menjadi world class university. “Kami ingin sampai pada titik menuju ke PTN-BH dan kemudian lebih memperkuat posisi Undana sebagai research university dan akhirnya sebagai world class university tentunya dengan melakukan berbagai pembenahan di berbagai sektor, terutama pada sumber daya manusianya,” harapnya.
Sedikit berbeda dengan kunjungan lainnya, atas permintaan Prof. Stella, kegiatan ini turut diisi dengan pemaparan mengenai riset, baik yang dilakukan oleh dosen sebagai salah satu bentuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dan juga oleh mahasiswa sebagai bagian dari proses pembelajaran dan penerapan ilmu itu sendiri.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti yang diketuai oleh Prof. Ir. Yosep S. Mau, M.Sc., Ph.D adalah Pengembangan Varietas Unggul Kacang Hijau (phaseolus raditus (L) wilczek).
Penelitian yang didanai oleh LPDP dengan skema Pendanaan Riset Pembangunan Berkelanjutan (PRBP) ini berfokus pada pengembangan varietas unggul kacang hijau yang bijinya berwarna hitam mengindiaksikan kandungan polifenol yang tinggi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Terdapat sifat unggul lainnya seperti berdaya saing tinggi, tahan cekaman kekeringan, tahan hama dan penyakit utama, berumur genjah, dan disukai konsumen.
Penelitian pengembangan varietas unggul kacang hijau berwarna hitam ini diharapkan dapat mengurangi ketergntungan pada impor, mengentaskan gizi buruk dan stunting pada balita, mengurangi tingkat kemiskinan, diversifikasi pangan dan peluang usaha baru, serta memperkuat basis ketahanan pangan.
Mengingat kecintaan Prof. Stella akan riset, UNDANA turut menampilkan presentasi dari Inovasi Mahasiswa UNDANA untuk Pembangunan Berkelanjutan, Adirani dan Beby, mahasiswa Program Studi Kimia, Fakultas Sains, dan Teknik yang menjuarai lomba Program Kreativitas Mahasiswa Tahun 2024 lalu. Riset mereka berfokus pada pengembangan teknologi membran, Polymer Inclusion Membrane (PIM) dengan komponen pendukung seperti polimer pendukung, ekstraktan, dan plastizer. “Akhir-akhir ini pengembangan teknologi membran cenderung menggunakan komponen yang bersifat sintetik dan telah terbukti membahayakan kekesehatan manusia dan lingkungan,” ujar Beby. Itulah sebabnya, tim PKM riset eksata melakukan inovasi dengan menggantikan komponen sintettik dengan komponen penyusun PIM yang berasal dari bahan alam, seperti PVC digantikan dengan limbah kulit udang yang banyak dibuang begitu saja.
Menutup acara tersebut, Prof. Stella menegaskan bahwa tugas Kementerian Dikti Saintek adalah untuk mempertemukan orang-orang dan instansi-instansi yang mempunyai masalah (problem owners) dengan orang-orang yang bisa memecahkan masalah (problem solvers). “Secara sederhana, yang mempunyai masalah (problem owners) misalnya pemerintah daerah dengan segudang masalahnya, seperti kemiskinan ekstrim dan stunting. Juga ada masalah-masalah yang dimiliki industri seperti meningkatkan produktivitas dan penjualan. Masalah lain yang dimiliki oleh pemerintah pusat seperti ketahanan pangan dan energi baru terbarukan. Karena itulah kementerian ini difokuskan untuk dapat menjadi problem solvers (dosen dan mahasiswa) untuk dapat menciptakan solusi yang tepat sasaran,” pungkasnya.
Pihak civitas akademika berharap kegiatan ini dapat menjalin hubungan yang lebih erat dan sinergi yang positif antara UNDANA dengan pihak Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.




