(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

Inovasi Pendidikan dan Pertanian: Tiga Guru Besar UNDANA Menginspirasi Perubahan Positif

KUPANG – Universitas Nusa Cendana (UNDANA) mencatat babak baru dalam sejarah akademiknya dengan mengukuhkan tiga Guru Besar yang berprestasi di Auditorium UNDANA pada Kamis (23/01/25). Para Guru Besar tersebut adalah Prof. Dr. Drs. Edy Suprapto, M.P., Prof. Dr. Ir. I Gusti B. Adwita Arsa, M.P., dan Prof. Dr. Ir. Damianus Adar, M.Ec. Ketiga profesor ini menyampaikan orasi ilmiah yang memperkaya wawasan di bidang pendidikan dan pertanian, membawa angin segar bagi masa depan akademik UNDANA.

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dengan Flipped Learning, Prof. Dr. Drs. Edy Suprapto, M.P., yang dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Strategi Belajar Mengajar. Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Model Flipped Learning Berbasis Proyek sebagai Solusi Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif” menekankan pentingnya inovasi dalam pendidikan di era Revolusi Industri 4.0. Model ini menawarkan perpaduan pembelajaran mandiri menggunakan teknologi dengan kegiatan kolaboratif di kelas, yang terbukti meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa.

Hasil penelitian Prof. Edy dkk menunjukkan bahwa mahasiswa yang belajar menggunakan model flipped learning berbasis proyek mengalami peningkatan signifikan dalam kemampuan berpikir kritis dan kreatif dibandingkan metode pembelajaran konvensional. Selain memberikan fleksibilitas belajar, model ini menciptakan ekosistem pembelajaran yang interaktif, mandiri, dan berorientasi pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti komunikasi, kolaborasi, dan inovasi. Prof. Edy merekomendasikan agar institusi pendidikan tinggi secara luas mengadopsi pendekatan ini untuk menciptakan lulusan yang adaptif, kompeten, dan siap bersaing di dunia kerja modern. Pendekatan ini, menurut beliau, bukan hanya solusi pembelajaran, tetapi juga langkah strategis untuk menghadapi tantangan pendidikan di era globalisasi.

Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan Asal NTT, Prof. Dr. Ir. I Gusti B. Adwita Arsa, M.P., dengan bidang kepakaran Pemuliaan Adaptasi Varietas/Genotip Tanaman Pangan, menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul “Potensi Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan Asal NTT dan Pemanfaatannya dalam Pengembangan Varietas Toleran Kekeringan dan Beradaptasi di Lahan Kering” menyoroti kekayaan genetik tanaman pangan lokal NTT sebagai solusi atas tantangan pertanian di lahan kering. Beliau memaparkan pentingnya keragaman genetik tanaman lokal, seperti padi gogo, kacang hijau, kacang merah, dan ubi jalar yang telah terbukti mampu bertahan dalam cekaman kekeringan. Contohnya adalah varietas unggul seperti kacang hijau Fore Belu (2004), padi gogo Pare Wangi (2009), dan kacang merah Ine Rie (2011), yang lahir dari penelitian panjang berbasis seleksi genetik lokal. Meskipun demikian, Prof. Gusti menekankan bahwa jumlah varietas unggul yang dihasilkan masih terbatas, sehingga diperlukan riset berkelanjutan yang mengutamakan uji toleransi cekaman kekeringan menggunakan metode seleksi berbasis indeks seperti SSI (Stress Susceptibility Index) dan STI (Stress Tolerance Index).

Prof. Gusti juga menyoroti potensi besar padi gogo lokal, yang memiliki keragaman luar biasa berdasarkan survei di berbagai kabupaten di NTT, termasuk Sumba Barat Daya, Ngada, dan Flores Timur. Varietas seperti Pare Wangi tidak hanya toleran terhadap kekeringan tetapi juga memiliki aroma khas dan nilai komersial tinggi. Beliau menegaskan bahwa keberhasilan program pemuliaan ini memerlukan uji adaptasi dan stabilitas di berbagai lokasi untuk memastikan daya adaptasi varietas terhadap lingkungan ekstrem. Dengan pendekatan ilmiah yang terarah, Prof. Gusti optimis bahwa keanekaragaman hayati NTT dapat mendukung pengembangan varietas unggul yang mampu meningkatkan ketahanan pangan di wilayah tersebut, sekaligus berkontribusi pada kebutuhan nasional.

Strategi Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi Pertanian Lahan Kering, Prof. Dr. Ir. Damianus Adar, M.Ec., yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Ekonomi Sumber Daya Pertanian dalam orasinya yang berjudul “Perbaikan Produktivitas, Efisiensi Produksi, dan Pemasaran Komoditas Pertanian Lahan Kering untuk Meretas Lapar Pangan” mengusulkan penerapan teknologi pertanian cerdas dan pengembangan agroindustri berbasis lokal sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat ketahanan pangan di NTT.

Indonesia, khususnya Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menghadapi tantangan besar dalam memanfaatkan potensi lahan kering yang luas tetapi belum optimal. Produktivitas komoditas utama seperti jagung dan kopi di wilayah ini masih jauh dari potensi maksimalnya yang hanya mencapai 30–45% dari produktivitas ideal. Rendahnya efisiensi teknis, akses terhadap teknologi, serta sistem pemasaran yang tidak adil menjadi hambatan utama bagi petani untuk mencapai kesejahteraan.

Melalui penerapan teknologi pertanian cerdas dan sistem pertanian konservasi, produktivitas komoditas ini dapat ditingkatkan secara signifikan. Sebagai contoh, pendekatan seperti penggunaan lubang tanam permanen dan rotasi tanaman telah terbukti meningkatkan produktivitas hingga tiga kali lipat. Selain itu, pengembangan agroindustri berbasis lokal menjadi solusi untuk menciptakan nilai tambah dan memperluas akses pasar, sehingga petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih adil.

Tidak hanya itu, kelembagaan pertanian perlu direvitalisasi melalui pendekatan kemitraan antara petani, pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta. Sistem konglomerasi agribisnis yang terintegrasi memungkinkan petani kecil untuk bersaing di pasar global. Contohnya, komoditas kopi Flores yang memiliki potensi besar dapat menjadi produk unggulan internasional jika dikelola dengan intensif dan efisien. Hal serupa juga berlaku pada jagung yang menjadi bahan pangan strategis di NTT, namun produksinya saat ini hanya mampu memenuhi 50% dari kebutuhan lokal. Oleh karena itu, Prof. Damianus menyerukan pentingnya keberpihakan anggaran dan kebijakan terhadap sektor pertanian, seperti yang pernah terjadi pada era revolusi hijau. “Dengan membangun petani yang mandiri, inovatif, dan kompetitif, kita tidak hanya dapat meretas lapar pangan, tetapi juga memutus rantai kemiskinan yang masih menghantui wilayah lahan kering di Indonesia. Mari bersama-sama kita wujudkan sektor pertanian yang adil, efisien, dan berkelanjutan demi masa depan yang lebih baik,” paparnya.

Acara pengukuhan ini tidak hanya menambah deretan prestasi UNDANA di bidang akademik, tetapi juga memberi semangat baru dalam inovasi pendidikan dan pertanian. Dengan komitmen dan dedikasi dari ketiga Guru Besar yang dikukuhkan tersebut, UNDANA siap menjawab tantangan masa depan dengan solusi kreatif dan berkelanjutan. Ketiga profesor ini bukan hanya menjadi pionir dalam bidangnya, tetapi juga inspirasi bagi generasi berikutnya untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Comments are closed.
Arsip