KUPANG – Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) Universitas Nusa Cendana (Undana) kembali mengambil sumpah dan melantik dokter lulusan Program Pendidikan Profesi Dokter Angkatan Periode Mei 2024. Laki ini sebanyak 11 dokter muda diambil sumpah dan dilantik di Aula Lantai III Gedung Rektorat, Senin 13 Mei 2024.
Acara pengambilan sumpah dan pelantikan dokter angkatan XL dihadiri Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof. Dr. drh. Annytha I. R. Detha, M.Si, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Sistem Informasi, Prof. Dr. Jefri S. Bale, ST., M.Eng, Wakil Ketua IDI Wilayah NTT, Kadis Kesehatan NTT dan orang tua.
Kesebelas dokter yang disumpah masing-masing dr. Ghary Yope Ramotan Parlindungan Sihombing, S.Ked, dr. Andre Januar Dwi Putra Haning, S.Ked, dr. Nathalia Maria Ferdinand, S.Ked, dr. Dian Agustini Samadara, S.Ked, dr. Eunike Vilia Mutu, S.Ked, dr. Ratna Mella As-Syifa, S.Ked, dr. Andreas Wawo Bhajo, S.Ked, dr. Yohana Alvionita Trixie, S.Ked, dr. Maria Gemma Theovila Pala, S.Ked, dr. Maria Alberthin Habut, S.Ked dan dr. Neumensia Febrianti Dhenge, S.Ked.
Dalam kesan dan pesannya, mewakili dokter baru, dr. Dian Agustini Samadara menyampaikan terima kasih kepada jajaran pimpinan Undana dan jajaran Dekan FKKH dan para dosen beserta staf yang telah menerima dan mendidik hingga mendapat gelar dokter.
“Berkat jasa semua pihak, kami telah diasah dan ditanamkan kecintaan terhadap ilmu kedokteran dan profesi kedokteran,” ucapnya.
Ia meyakini, dengan ilmu yang diberikan oleh semua pendidik selama ini akan menjadi bekal pelayanan sebagai dokter dan berguna bagi masyarakat. Dian juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada wahana-wahana pendidikan yang telah memberikan kesempatan untuk belajar untuk masa depan.

Tak lupa, ia menyampaikan terima kasih kepada orang tua dan semua keluarga yang selalu memberikan suport dan dukungan selama menjalani pendidikan meski sangat lelah. Ia menyadari, kelelahan sebagai anak tidak sebanding dengan kelelahan orang tua dalam memenuhi semua kebutuhan pendidikanya.
“Momentum ini bukan akhir dari perjuangan kami, tapi ini adalah awal dari langkah hidup kami sebagai seorang dokter. Mungkin setelah ini kami melanjutkan interested dan apapun mimpi kami, kami doakan semuanya dapat terwujud dan bermanfaat bagi semua masyarakat seperti cahaya pelita,” pungkasnya.
Titus Hoke Rehi, perwakilan orang tua dokter baru dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu anak-anaknya selama menempuh pendidikan di Undana dan akhirnya diambil sumpah menjadi seorang dokter.
Titus mengaku menyebut momentum tersebut merupakan momen bersejarah dan sudah dinantikan sejak anak-anaknya masuk kuliah. Meski sampai titik ini banyak beban, pengorbanan dan mengurus energi.
“Dengan ketekunan serta komitmen yang tinggi, kesebelas orang dokter baru mampu melalui tantangan bersama dosen-dosen hingga titik pengambilan sumpah. Ini tidak semata kemampuan mereka sendiri namun karena atas tuntutan para dosen, staf serta para pihak lainnya,” juar Alumni Prodi Pendidikan Biologi Undana angkatan 1991 itu.
Sedangkan, Wakil Ketua IDI Wilayah NTT, dr. Syeben Hezer Epatah Hietingwati mengatakan sumpah dokter tidak hanya dihafalkan tetapi harus diimplementasikan dalam tugas dan kehidupan sehari-hari karena akan dijauhkan dari masalah-masalah hukum.
“Jaman sekarang dengan perkembangan teknologi rentan dengan masalah pada penanganan pasien. Bayangkan, belum terbukti terjadinya malpraktek saja, sudah tersebar dimana-mana sehingga harus menjaga diri,” pesannya.
Dalam berpraktek sebagai dokter, akan diperhadapkan dengan pilihan penanganan pasien dan harus mengambil keputusan cepat dan tepat.
Ia menegaskan bahwa setiap tindakan selalu diawasi baik itu teman sejawat, undang-undang terutama Tuhan sehingga harus hati-hati.
Ia juga mengingatkan agar selalu membangun komunikasi dan relasi dengan semua pihak agar bisa saling membantu. “Meski persoalan itu dialami teman tapi perlu keterlibatan kita sebagai pengalaman dalam menjalani profesi mulia ini,” ujarnya.

Dekan FKKH Undana, Dr. dr. Christina Olly Lada, M.Gizi mengakui bahwa pendidikan dokter sangat sulit dan melelahkan namun bukan berarti dengan menjadi dokter proses belajar juga selesai.
Menurutnya, pengambilan sumpah dan pelantikan dokter baru ini merupakan hasil harmonisasi sebab semua pihak terlibat dalam pembentukan dokter muda yang berkualitas dibuktikan dengan Ujian Kompetensi Program Profesi Dokter (UKMPPD).
Ia menjelaskan, hasil UKMPPD Prodi Kedokteran Undana sama dengan rerata nasional. “Untuk nilai keterampilan klinik dengan penilaian yang ketat diraih oleh dr Dian Agustini Samadara dengan nilai 91,26. Selain itu, nilai tes teori tertinggi dr. Eunike Vilia Mutu dengan nilai 82. Sementara lulusan tercepat ada dua orang dengan waktu pendidikan 1 Tahun 10 bulan,” jelasnya.
Hal itu, kata Dr. Christina bukan untuk dibanggakan secara pribadi, tetapi sebagai testimoni bahwa penyelenggaraan pendidikan di FKKH Undana mengutamakan mutu dan sudah dimulai sejak seleksi masuk. “Artinya satu kuota mahasiswa diperebutkan ratusan orang. Karena masuknya bagus, proses bagus maka keluar sudah pasti bagus,” ungkapnya.
Disebutkan bahwa dengan prestasi yang diraih saat ini menjadi penilaian atau syarat akreditasi dan bisa membuka program spesialis. “Distribusi dokter di Indonesia belum merata maka dengan melahirkan dokter muda dengan kualitas yang bagus saat ini diharapkan dapat mengisi kantong-kantong kosong yang ada di NTT,” ujarnya.
Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof. Dr. drh. Annytha I. R. Detha, M.Si pada momentum tersebut mewakili civitas akademika menyampaikan selamat kepada orang tua karena jerih lelah yang diberikan dapat menghasilkan dokter baru dan memberikan kontribusi untuk pengembangan Undana.
Layani Masyarakat dengan Tulus
Prof. Annytha berpesan kepada 11 dokter muda agar melayani masyarakat dengan tulus dan penuh keikhlasan. Ia menyatakan Undana terus belajar, terus berinovasi dan mengevaluasi pembelajaran agar lebih baik. Ia sangat bangga karena Undana selalu mendapat nilai tinggi dan mampu bersaing secara nasional pada UKMPPD. Hal tersebut membuat dokter yang diluluskan Undana mampu bersaing secara nasional bahkan internasional.
“Jadi apa yang sudah diperoleh di bangku pendidikan dapat diimplementasikan dengan baik kepada masyarakat. Jaga nama baik almamater Undana ketika melayani masyarakat. Jangan menjelekan almamater kalian di media sosial tetapi buktikan bahwa Undana merupakan lembaga pendidikan berkualitas,” pinta Prof. Annytha.
Lebih lanjut, ia meminta agar dokter muda untuk terus belajar sepanjang hayat karena dinamika kehidupan terus berubah dan berkembang secara dinamis. Jika tidak mengikuti perkembangan maka akan tergilas oleh zaman. “Melayanilah dengan sepenuh hati dan penuh keikhlasan. Patuhi sumpah dan kode etik dokter,” pungkasnya. (rfl)