(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

Turunkan Angka Stunting, Dosen Faperta Undana Beri Pelatihan Microgreens bagi IRT

KUPANG – Dalam upaya menurunkan angka stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Universitas Nusa Cendana (Undana) melalui dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian (Faperta) melakukan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) berupa pelatihan usahatani microgreens bagi ibu-ibu rumah tangga (IRT) di Kelurahan Fatufeto, Kecamatan Alak, Kota Kupang.

Dosen Prodi Agribisnis Faperta yang teribat dalam PkM yang dilaksanakan sejak awal Agustus hingga 1 Oktober 2023, antara lain Maria Faransiska Darlen, SP., M.Si, Jusuf Manilapai, SP., M.Ling dan Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si., Ph. D.

Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si.,Ph.D saat pembukaan pelatihan tersebut menjelaskan, microgreens ternyata memiliki prospek yang cukup menjanjikan untuk dijadikan bisnis. Menurut Prof. Fred, hasil panennya dapat dijual atau bisa juga menjadi penyedia sarana untuk budidaya microgreens (media, nutrisi, starter kit, dll).

“Budidaya yang mudah dipelajari, kandungan gizi dan usia panen yang singkat adalah beberapa keunggulan dari usaha budidaya microgreens ,” jelas Prof. Fred.

Ia menambahkan, harga microgreens di pasaran mencapai Rp850 – Rp2000 per gramnya. Oleh karena itu, usaha ini memiliki turnover (omset) yang berkali-kali lipat dari modal yang dikeluarkan.

Maria Faransiska Darlen, SP., M.Si selaku Ketua Tim PkM menjelaskan, salah satu upaya pemenuhan gizi yang dapat dilakukan untuk pencegahan stunting yakni pemenuhan gizi yang bersumber dari sayuran. Salah satu hal yang dapat dilakukan secara mandiri oleh para IRT adalah dengan membudidayakan sayur secara microgreens.

Menurutnya, hal ini sangat penting karena kondisi angka stunting di NTT sejak tahun 2022 mengalami kenaikan 1,1% menjadi 22% dari sebelumnya di tahun 2021 sebesar 20,9%.

Prof. Fred Benu saat menyerahkan bantuan perangkat tanam microgreens kepada IRT di Kelurahan Fatufeto.

“Kota Kupang sendiri pada tahun 2022, angka stuntingnya berada pada 21,5% atau sedikit lebih rendah dari rata-rata Provinsi NTT,” imbuhnya.

Maria Darlen menyebut, salah satu kecamatan yang paling banyak balita stunting adalah kecamatan Alak, sedangkan berdasarkan data Profil Kelurahan Fatufeto Kelurahan Fatufeto, terdata 64 balita Stunting di kelurahan tersebut.

Ia menjelaskan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertujuan mengenalkan usahatani microgreen pada ibu rumah tangga, meningkatkan kualitas peran dan kemandirian perempuan dalam ketahanan pangan keluarga, mengembangkan usaha pemberdayan IRT dan kesejahteraan keluarga, dan mengembangkan usahatani yang sehat dan ramah lingkungan.

“Salah satu upaya pemenuhan gizi yang dapat dilakukan untuk pencegahan stunting yakni pemenuhan gizi yang bersumber dari sayuran. Salah satunya dapat menggunakan sayuran yang dibudidayakan secara microgreens,” jelasnya.

Sementara itu, Jusuf Manilapai, SP., M.Ling salah satu anggota tim PkM menjelaskan, saat ini, khususnya di Indonesia, microgreens masih jarang ditemui baik itu di pasar tradisional maupun di supermarket. Kalaupun ada, microgreens mayoritas dijual secara online dengan sistem pre-order, mengingat panennya hanya memakan waktu 7-14 hari dan daya simpannya yang relatif cepat.

Ia menambahkan, proses Kegiatan PkM yang telah dilaksanakan di Selasar GMIT Imanuel Batukadera tersebut diikuti 40-an IRT pada RW 06 dan 07 Kelurahan Fatufeto.


Jusuf Manilapai berharap, para IRT dapat mencoba menanam jenis sayuran microgreens dengan masa panen yang relatif singkat sekitar 14 hari untuk menambah nutrisi makanan balita dan anak.

“Selain memberi pelatihan, dalam PkM ini juga diberikan bantuan dari tim PkM Prodi Agribisnis Faperta Undana kepada para Ibu-Ibu rumah tangga berupa media tanam, tray atau wadah tanam microgreens dan bibit microgreens tanaman sawi dan kangkung,” pungkasnya. (rfl)

Comments are closed.
Arsip