(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

406 Guru Profesional Diminta Maknai Semboyan Ki Hajar Dewantara

KUPANG – Universitas Nusa Cendana (Undana) kembali menggelar acara pengambilan sumpah dan pelantikan guru professional program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Sebanyak 406 guru PPG Lembaga Penyedia Tenaga Kependidikan (LPTK) Undana diambil sumpah dan dilantik Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Dr. Malkisedek Taneo, M.Si di Graha Cendana, Kamis, 19 Oktober 2023.

Rektor Undana, Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc dalam sambutannya mengajak para guru profesional agar memaknai 3 (tiga) semboyan Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Pertama, ing ngarsa sung tulada yaitu seorang guru adalah pendidik yang harus memberi contoh atau menjadi panutan.

Kedua, ing madya mangun karsa yang bermakna, seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya.

Dan, yang ketiga adalah tut wuri handayani. Artinya, seorang guru adalah pendidik yang terus-menerus menuntun, menopang, dan menunjuk arah yang benar bagi hidup dan karuya anak-anak didiknya.

“Di manapun posisi kita berada, baik di depan, tengah maupun di belakang. Jika kita tidak miliki itu (semboyan Ki Hajar Dewantara), maka sesungguhnya pikiran kita tidak diperlukan lagi saat ini. Sebab, di era digital saat ini, siswa kita bisa belajar pengetahuan, terutama melalui chat GPT dan Artificial Intellegence lainnya,” tuturnya.

Rektor Undana, Prof. Maxs Sanam menyerahkan sertifikat kepada salah satu guru profesional PPG FKIP Undana

Oleh karena itu, Prof. Maxs Sanam mengajak guru mesti menjadi berbeda dengan internet, yakni memiliki keteladananan, motivasi dan inspirasi. Sebab, menurutnya internet tidak bisa lakukan itu semua.

Lebih lanjut, Rektor Undana meminta, para guru agar membuktikan diri sebagai guru profesional yang telah menerima sertifikat kompetensi.

“Tapi jika guru tidak memiliki integritas, budi pekerti, motivasi dan inspirasi yang baik maka sesungguhnya itu sangat berbahaya,  sebab yang mengajarkan itu semua bukan internet, mesin dan robot, tapi oleh guru profesional,” tandas Prof. Maxs Sanam.

Pada akhir sambutannya, Rektor mengajak agar para guru menjaga Marwah dan nama baik Undana melalui pengabdian yang tulus, iklas, dan semangat.

Sementara itu, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd mengatakan, jika guru ada, maka ada kehidupan, dan ada masa depan yang cerah.

Ia mengatakan, kehadiran Undana sejak 1 September 1962 memungkinkan generasi muda NTT mulai melanjutkan pendidikan di NTT, ketimbang di wilayah Jawa dan Bali. Sebab, universitas kebanggaan masyarakat NTT ini pun mampu lebih menjangkau masyarakat dari segi wilayah, biaya maupun kualitas.

“Meski ada plus-minus Undana, itu adalah bagian dari romantisme pembangunan sektor pendidikan. Undana maju sangat tergantung bapak/ibu guru di depan dalam mendidik siswa,” ujarnya.

Untuk menjadi guru profesional, tentu saja, kata Linus Lusi, 4 (empat) Komptensi Guru – pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial – sebagaimana yang diamanatkan UU Nomor 14 Tahun 2005 merupakan paying bersama atara dosen dan guru.

Karena itu, untuk memajukan pendidikan di Indonesia, kata Kadis P dan K NTT, para guru tidak usah berpikir jauh-jauh memajukan pendidikan Indonesia, tetapi harus memajukannya mulai dari satuan pendidikan masing-masing.

“Jadilah guru hebat, pemenang, miitan, berdedikasi, dan loyalitas tanpa pamrih di satuan pendidikan masing-masing,” pungkasnya. (rfl)

Comments are closed.
Arsip